MAKALAH
MANUSIA DAN KEINDAHAN
Oleh :
Muhammad Khashash Rabbani
54415682
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Keindahan, kesejukan, kehalusan dan keserasian setiap hari
di rasakan oleh manusia keindahan itu bisa didapatkan secara langsung ataupun
melalui media.Untuk bisa melihat dan menikmati keindahan orang sering membuang
waktu, uang dan tenaga yang tidak sedikit jumlahnya. Orang pergi ketempat yang
indah karena orang senang dengan keindahan. Ada suatu kecenderungan, semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula hasrat dan keinginan
untuk menghargai suatu keindahan.
Keindahan/seni dibutuhkan oleh setiap manusia agar kehidupan
yang dijalaninya menjadi indah sentosa. Manusia dan keindahan/seni memang tak
bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang
dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni
pertunjukan) yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat
dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik.
Keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya
dan setiap pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-benda. Para seniman
romantik umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dari tidak
adanya keteraturan, yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran, pelimpahan
dan pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkindisusun teori umum tentang
keindahan.
Dalam hal ini Indonesia sebagai negara yang baru berkembang
dalam hal kesenian mendapat prestasi tersendiri dimata negara luar seperti
Malaysia dan Singapura. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya group-group
musik yang musiknya diterima disana sehingga sering mewakili Indonesia untuk
ajang musik se-Asia. Hal tersebut perlu menjadi perhatian Pemerintah Indonesia
dimana seniman yang benar-benar berkesenian sesuai dengan norma-norma ketimuran
tanpa mengindahkan teknologi modern perlu diletakkan pada kelas tersendi
sehingga tak kehilangan arah bila bila ia ‘dirasuki’ paham-paham dari luar
seperti dimanfaatkan oleh kaum Kapitalis yang hanya mengejar keuntungan materi
semata tapi mengacuhkan nilai-nilai yang ditimbulkan sehingga seniman-seniman
seperti Chairil Anwar, Affandi dan lain sebagainya tetap muncul dan mampu
menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dimata negara lain tanpa harus
kehilangan nilai ketimurannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEINDAHAN
Sebenarnya sulit bagi kita untuk menyatakan apakah keindahan
itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak
jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang
berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati
jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan dapat
berkomunikasi. Jadi, sulit bagi kita jika berbicara mengenai keindahan, tetapi
jelas bagi kita jika berbicara mengenai sesuatu yang indah. Keindahan hanya
sebuah konsep, yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk, misalnya
lukisan, pemandangan alam, tubuh yang molek, film, nyanyian.
Keindahan berasal dari kata indah yang berarti bagus,
cantik, elok dan molek. Keindahan identik dengan kebenaran segala yang indah
itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak
mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah. Keindahan yang
bersifat universal, yaitu keindahan yang tak terikat oleh selera perorangan,
waktu, tempat atau daerah tertentu. Ia bersipat menyeluruh. Segala sesuatu yang
mempunyai sifat indah antara lain segala hasil seni, pemandangan alam, manusia
dengan segala anggota tubuhnya dan lain sebagainya. Dalam bahasa Latin, keindahan
diterjemahkan dari kata “bellum” Akar katanya adalah “benum” yang berarti
kebaikan. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata “beatiful”, Prancis
“beao” sedangkan Italy dan Spanyol ”beloo”.
Dalam arti luas meliputi keindahan hasil seni, alam, moral
dan intelektual. Dan dalam arti estetik mencangkup pengalaman estetik seseorang
dalam hubunganya dengan segala sesuatu yang diserapnnya. Sedangkan dalam arti
terbatas kindahan sangat berkaitan dengan keindahan bentuk dan warna.
Sesungguhnya keindahan itu memang merupakan suatu persoalan
filsafati yang jawabannya beraneka ragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri
umum yang ada pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan
ciri-ciri atau kwalitas hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan
pada dasarnya adalah sejumlah kwalitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu
hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan
(harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan
(contrast).
B. MANUSIA DAN KEINDAHAN
Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga
diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk
kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya manjadi
bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas
dari unsur politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas
keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi,
sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan
merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran
adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak
indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak
benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran
menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna
sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai
pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual)
atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut
keindahan tersebut pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu
ciptaan Tuhan. Alamiah itu adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang.
Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran.
Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada
keindahan itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah ,
sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik.
Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang
mampu berimajinasi, rajin dan kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan
yang lainya. Dengan kata lain imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu
benda dengan benda lain sebagai objek imajinasi . Demikian pula kata indah
diterapkan untuk persatuan orang-orang yang beriman, para nabi,orang yang
menghargai kebenaran dalam agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang
saldh merupakan persahabatan yang paling indah.
Jadi keindahan mempunyai dimensi interaksi yang sangat luas
baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan manusia, manusia dengan
Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang melakukan interaksi.
Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh
motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa
pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai
kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai
keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari
segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara
kodrati.
Ada beberapa alasan mengapa manusia menciptakan keindahan,
yaitu sebagai berikut:
1) Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah
tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang
merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa,
pingitan, derajad wanita lebih rendah dari derajad laki-laki. Tata nilai
semacam ini dipandang sebagai mengurangi nilai moral kehidupan masyarakat,
sehingga dikatakan tidak indah. Yang tidak indah harus disingkirkan dan digantikan
dengan yang indah. Yang indah ialah tata nilai yang menghargai dan mengangkat
martabat manusia, misalnya wanita. Hal ini menjadi tema para sastrawan zaman
Balai Pustaka, dengan tujuan untuk merubah keadaan dan memperbaiki nasib kaum
wanita. Sebagai contoh novel yang menggambarkan keadaan ini ialah "layar
terkembang" oleh Sutan Takdir Alisyahbana, "Siti Nurbaya" oleh
Marah Rusli.
2) Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajad dan nilai kemanusiaan
ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari
tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan
seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan
ketentuan-ketentuan hukum agama, dan moral masyarakat. Yang demikian itu
dikatakan tidak baik, yang tidak baik itu tidak indah. Yang tidak indah itu
harus disingkirkan melalui protes yang antara lain diungkapkan dalam karya
seni. Sebagai contoh ialah karya seni berupa sanjak yang dikemukakan oleh W.S.
Rendra berjudul "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta". Di sini
pengarang memprotes perbuatan bejad para pejabat, yang merendahkan derajad
wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi revolusi, tetapi tidak lebih dari
pelacur.
3) Penderitaan Manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi
yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang
membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak
berhati-hati dan sebagainya. Keadaan demikian ini tidak mempunyai daya tarik
dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan, dan dikatakan
tidak indah. Yang tidak indah itu harus dilenyapkan karena tidak bermanfaat
bagi kemanusiaan.
4) Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan
keteraturan alam semesta serta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan
keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan
ciptaan Tuhan itu. Seindah-indah tiruan terhadap ciptaan Tuhan, tidak akan
menyamai keindahan ciptaan Tuhan itu sendiri. Kecantikan
seorang wanita ciptaan Tuhan membuat kagum seniman Leonardo
da Vinci. Karena itu ia berusaha meniru ciptaan Tuhan dengan melukis Monalisa
sebagai wanita cantik. Lukisan monalisa sangat terkenal karena menarik dan
tidak membosankan.
C. KEINDAHAN MENURUT PANDANGAN ROMANTIK
Dalam buku AN Essay on Man (1954), Ems Cassirer mengatakan
bahwa arti keindahan tidak bisa pernah selesai diperdebatkan. Meskipun
demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair romantik John Keats
(1795-1821) sebagai pegangan. Dalam Endymion dia berkata : “A thing of beuty is
a joy forever it’s loveliness iscreases, it wil never pass into nothingness.”
Dia mengatakan, bahwa sesuatu yang indah adalah keriangan
selama-lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak pernah berlalu ke ketiadaan.
Dari sini kita mengetahui bahwa keindahan hanyalah sebuah konsep yang bani
berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Karena itu dia tidak berbicara langsung
mengenai keindahan, akan tetapi sesuatu yang indah. Dalam sajak di atas, Keats
mengambil bahannya dari Endymion yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno.
Endymion dalam mitologi itu sendiri merupakan penjabaran dari konsep keindahan
pada jaman Yunani kuno. Menurut mitologi Yunani ini, Endymion adalah seorang
gembala yang oleh para dewa diberi keindahan abadi. Dia selalu muda, selamanya
tidur, dan tidak pernah diganggu oleh siapapun.
Menurut Keats, orang yang mempunyai konsep keindahan hanya
tertentu jumlahnya. Mereka mempunyai negatif capability, yaitu kemampuan untuk
selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak menentu dan misterius tanpa mengganggu
keseimbangan jiwa dan tindakannya hanya pikiran dan hatinya yang selalu
diliputi keresahan. Mengenai keindahan, Coleridge mengutip Shakespeare
(1564-1616) dalam karyanya midsummer night: Thing base and vile holding no
quality/ love can transpose to form and dignity", yaitu sesuat yang rendah
dan tidak menpunyai nilai, dapat berubah dan menjadi berarti. Inilah yang
menggelisahkan Coleridge. Dia menggunakan tembakau sebagai contoh: karena
kekuatan kebiasaanlah, maka tembakau yang sebenarnya tidak enak dapat menjadi
nikmat. Pembahasan ini dapat mempengaruhi imajinasi: dengan merasakan nikmatnya
tembakau maka dalam angan-angan seseorang, segala sesuatu yang berhubungan
dengan tembakau dapat menjadi indah.
Coleridge melihat, bahwa kebiasaan mempunyai akibat terhadap
daya tangkap terhadap sesuatu yang indah, dan karena itu juga dapat
mempengaruhi konsep keindahan seseorang. Kegelisahan Coleridge ini tercermin
dalam "Frost at midnight (1798), sebuah sanjak mengenai salju tipis yang
turun di tengah malam. Salju inilah yang baginya merupakan hal sesaat. Jatuhnya
salju ini mengingatkan Coleridge pada dusunnya yang penuh sesak orang Disini
proses imajinasinya mulai tumbuh. Kemudian keadaan dusun yang penuh sesak im
melompat ingatannya pada masa kanak-kanak, maka terbentuklah konsep keindahan,
disini: kesepihan, kesendirian, dan ketidakberdosaan (innocence) anak kecil
adalah keindahan. Keindahan adalah sublimasi yang terjadi karena kebebasan
menyendiri dan hikmah ketidakberdosaan. Selanjutnya Keats membedakan antara
orang biasa dan seniman, dan antara seniman biasa dan seniman yang baik yang
dapat mencipta sesuatu yang indah menurut dia. Pada sesuatu kesempatan ia
melihat lukisan "Death on the Pale Horse", karya pelukis West, misalnya,
yaitu mengenai seseorang yang mati di atas kuda yang pucat, dia langsung
berpendapat bahwa West bukanlah seniman yang baik.
Menurut Keats, West tidak mempunyai cukup negative
capability. Pada hakekatnya negative capability adalah suatu proses. Keraguan,
ketidaktentuan dan misteri adalah suatu proses. Proses inilah yang membuat
seseorang menjadi kreatif. Orang yang tidak mempunyai negative capability tidak
akan kreatif, karena segala sesuatu baginya sudah jelas, tidak menimbulkan
keraguan dan tidak merupakan misteri.
Bagi Keats, proses kreativitas identik dengan perjuangan
untuk menciptakan keindahan, atau lebih tepatnya, menciptakan sesuatu yang
indah. Ini terlihat antara lain pada sanjaknya sendiri, "Endymon",
yang mempunyai banyak kesalahan. Sekalipun dalam sanjak ini dia dapat membuat
batasan mengenai sesuatu yang indah, akan tetapi dia merasa sanjak ini ternyata
bukan sanjak yang indah dan dengan demikian tidak berhasil mengungkapkan
keindahan sendiri. Padahal pembaca sanjak itu segera mempunyai konsensus bahwa
Endymon lambang keindahan, meskipun Keats sendiri sanjak nya gagal. Mengenai
burung bul-bul, suatu hari Keats duduk di kursi malas di bahwah pohon, kemudian
tertidur. Beberapa saat terbangun, dan merasa mendengar suara burung bul-bul. Imajinasinya
langsung bekerja, dan langsung membentuk konsep keindahan. Menulislah ia, bahwa
didunia ini "beauty cannot keep her lustors eyes", yaitu keindahan
tidak dapat menyembunyikan mata yang bersinar-sinar. Ada persamaan hakiki
antara J.Keats dan Coleridge dalam menanggapi hal-hal sesaat. Bagi mereka
hal-hal sesaat adalah pelatuk yang meledakkan imajinasi dan imajinasi ini
langsung membentuk keindahan.
BAB III
PENUTUP
Keindahan yang bersifat universal, yaitu keindahan yang tak
terikat oleh selera perorangan, waktu, tempat atau daerah tertentu. Ia bersipat
menyeluruh. Segala sesuatu yang mempunyai sifat indah antara lain segala hasil
seni, pemandangan alam, manusia dengan segala anggota tubuhnya dan lain
sebagainya
Keindahan pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan
tuhan.Ini berarti bahwa keindahan itu ciptan tuhan. Keindahan menyangkut
kualita hakiki dari segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keselarasan
(harmony), kesetangkupan (symetri), keseimbangan (balance), dan pertentangan
(contrast).
` Dari cirri-ciri itu diambil kesimpulan,bahwa keindahan
tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis,warna,bentuk,nada dan
kata-kata.
Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai
pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual)
atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut.
Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada
keindahan itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah ,
sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik
Keindahan merupakan suatu persoalan filsafati yang
jawabannya beraneka ragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang ada
pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau
kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya
adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal.