TUGAS ILMU
SOSIAL DASAR
Manusia
Sebagai Makhuk Sosial
NAMA : MUHAMMAD KHASHAISH RABBANI
NPM : 54415682
KELAS : 1A02
UNIVERSITAS GUNADARMA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
2.1.1 Pengertian..................................................................................
2.1.2
Karakteristik Manusia Sebagai
Makhluk Sosial..........................
2.1.3 Kedudukan
Manusia sebagai Makhluk Sosial.............................
2.1.4 Pengembangan
Manusia Sebagai Makhluk Sosial......................
2.2.1 Interaksi Sosial...........................................................................
2.2.2 Pengertian
Interaksi Sosial.........................................................
2.2.3 Macam -
Macam Interaksi Sosial................................................
2.2.4 Bentuk
- Bentuk Interaksi Sosial.................................................
2.2.5 Ciri -
Ciri Interaksi Sosial..............................................................
2.2.6 Syarat
- Syarat Terjadinya Interaksi Sosial...................................
2.2.7 Faktor-faktor
interaksi sosial.......................................................
2.3.1 Suku
Astek Sebagai Kelompok Makhluk sosial.............................
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................
3.1
Kesimpulan......................................................................................
3.2
Saran................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai
makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta
kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain,
selanjutnya interaksi ini berbentuk kelompok. Kemampuan dan kebiasaan manusia
berkelompok ini disebut juga dengan zoon politicon.
Istilah manusia sebagi zoon politicon pertama kali dikemukakan oleh
Aristoteles yang artinya manusia sebagai binatang politik. Manusia sebagai
insan politik atau dalam istilah yang lebih populer manusia sebagai zoon
politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup
berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur,
sistematis dan memiliki tujuan yang jelas, seperti negara. Sebagai insan
politik,manusia memiliki nilai-nilai yang bisa dikembangkan untuk
mempertahankan komunitasnya. Argumen yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa
manusia sebagai mana binatang, hidupnya suka mengelompok. Hanya saja antara
manusia dan binatang berbeda memiliki cara mengelompok yang berbeda, hewan
mengandalkan naluri, sedangkan manusia berkelompok dilakukan melalui proses
belajar dengan menggunakan akal pikirannya. Sifat berkelompok pada manusia
didasari pada kepemilikan kemampuan untuk berkomunikasi, mengungkapkan rasa dan
kemampuan untuk saling bekerja sama. Selain itu juga adanya kepemilikan nilai
pada manusia untuk hidup bersama dalam kelompok, antara lain: nilai kesatuan,
nilai solidaritas, nilai kebersamaan dan nilai berorganisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan banyak orang, baik dalam
kehidupan di dunia nyata ataupun dalam dunia maya. Kita menemukan berbagai
karakter manusia, berbagai pemikiran, berbagai gaya dan sikap. Semuanya
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pertemuan dengan seseorang
yang baru adalah kesempatan yang baik untuk mendapatkan berbagai pelajaran dan
pengetahuan baru, karena pada dasarnya manusia itu berbeda dan memiliki
keunikannya tersendiri.
Dewasa ini banyak sekali media sosial yang tumbuh berkembang pesat dalam
memfasilitasi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Semua orang butuh
berbagi, butuh dikomentari, butuh apresiasi, butuh diperhatikan, kebutuhan
eksistensipun semakin menjadi-jadi dengan dukungan gadget yang semakin canggih
dan paham sekali mengenai kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
Manusia
adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial
karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi
manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang
status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana
tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan.
2.1.2
Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Telah
berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik
beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana
memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
Dorongan
untuk makan
Dorongan
untuk mempertahankan diri
Dorongan
untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan
diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang
makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling
ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan
oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam
perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam
arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :
penerimaan
bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan
yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah
pengetahuan.
penghematan
tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu
menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam
masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya
hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga
terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas
bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi
untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas
bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi
ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar
faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal yakni :
Tekanan
emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.
Harga diri
yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan
kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.
Isolasi
sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis
Manusia
adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial
karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial. Manisfestasi manusia
sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia
yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.
2.1.3
Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia
sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.
Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia
lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan
bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia
sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat
manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan
kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Dalam perkembangan
ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai harus saling membantu. Sebab
kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk
kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat
untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran
manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa tanggungjawab untuk
mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada wujud sosial yang ”besar”
dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat)
maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib
mengayomi individu.
2.1.4
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam
kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan
untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan
kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu
hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara.
Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan
positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak
manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu.
Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan
bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada zaman
modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat
sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai
perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat
tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih
sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan
emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam
berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang
khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya
dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik
maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah
terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan
demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.
2.2.1
INTERAKSI SOSIAL
2.2.2.
Pengertian Interaksi Sosial
Manusia
dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu
sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi
sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah
kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain
dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah
hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi
yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan
struktur sosial” . “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat
suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004).
Berdasarkan
definisi di atas maka dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu
dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.
2.2.3. Macam
- Macam Interaksi Sosial
Menurut
Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Interaksi
antara individu dan individu
Dalam
hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif,
jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
Interaksi
antara individu dan kelompok
Interaksi
ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi
sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
Interaksi
sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi
sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak
pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu
proyek.
2.2.4.
Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam
dua bentuk, yaitu :
Interaksi
sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk
asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
Kerja sama
Kerja sama
adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.
Akomodasi
Akomodasi
adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan
kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Asimilasi Asimilasi
adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka
waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
Akulturasi
Akulturasi
adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu
kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan
asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi
sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk
pertentangan atau konflik, seperti :
a.
Persaingan
Persaingan
adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh
kemenangan atau hasil secara kompetitif,
tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b.
Kontravensi
Kontravensi
adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan
atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara
tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan
atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.
c. Konflik
Konflik
adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat
adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga
menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi
sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
2.2.5. Ciri
- Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim
Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain :
Jumlah
pelakunya lebih dari satu orang
Terjadinya
komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
Mempunyai
maksud atau tujuan yang jelas
d.Dilaksanakan
melalui suatu pola sistem sosial tertentu
2.2.6.
Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika
memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu: :
Kontak
sosial
Kontak
sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal
terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara
satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
Komunikasi
Komunikasi
artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
2.2.7.
Faktor-faktor interaksi sosial
Imitasi
Imitasi
adalah mematuhi kaidah-kaidah yang sudah ada, meng-copy dan meneruskan aturan
yang telah berlaku.
Sugesti
Sugesti
adalah suatu ide yang didasari oleh kepercayaan diri, inisiatif, atas dasar
ilham, egosentris, atau wawasan pengetahuan, kemudian diterima oleh pihak lain
baik secara otoriter ataupun karena berwibawa dan berpengaruh.
Identifikasi
Identidikasi
adalah proses pencarian diri dengan melalui penglihatan terhadap orang lain
yang di idealkan-nya, hal tersebut berlangsung secara tidak sadar disertai
adanya keinginan untuk mencontoh.
Simpati
Simpati
adalah rasa tertarik seseorang terhadap orang lain, hal tersebut didasari oleh
penghormatan karena mempunyai kelebihan, kemampuan, yang patut dijadikan
contoh. Rasa simpati keluar dengan sendirinya tanpa adanya paksaan, kemudian
timbul rasa untuk memahami pihak lain dan keinginan untuk bekerjasama.
2.3.1 Suku
Astek Sebagai Kelompok Makhluk sosial
Menurut
legenda, Aztec berasal dari suatu tempat yang disebut
Aztlan, yang berarti “tempat yang putih” atau “tempat burung kuntul.” Namun,
tidak ada yang tahu pasti dimana Aztlan berada. Tempat ini mungkin termasuk
wilayah Meksiko utara pada saat ini atau mungkin jauh lebih ke utara. Dari
sejarah lisan suku Aztec, para sejarawan tahu
bahwa mereka mengembara selama bertahun-tahun untuk mencari tempat tinggal.
Mereka mendatangi Lembah Meksiko pada tahun 1200-an.
Namun, orang Indian lainnya telah menetap disana dan sebagian besar tanah yang baik untuk pertanian sudah diambil. Suku Aztec mengalami kesulitan dalam mencari tempat tinggal baru. Mereka menetap di suatu wilayah yang didiami sedikit orang dan banyak ular. Setelah dihuni,suku Aztec murka pada raja lokal yang mengirim tentaranya untuk mengusir mereka. Suku Aztec lantas mencari tempat persembunyian di rawa-rawa dan perairan danau dangkal.
Namun, orang Indian lainnya telah menetap disana dan sebagian besar tanah yang baik untuk pertanian sudah diambil. Suku Aztec mengalami kesulitan dalam mencari tempat tinggal baru. Mereka menetap di suatu wilayah yang didiami sedikit orang dan banyak ular. Setelah dihuni,suku Aztec murka pada raja lokal yang mengirim tentaranya untuk mengusir mereka. Suku Aztec lantas mencari tempat persembunyian di rawa-rawa dan perairan danau dangkal.
Suku Aztec pertama kali digunakan oleh seorang penjelajah abad ke-18 dan menjadi populer pada abad ke-19. Kata Aztec berarti orang-orang Aztlan yang mengacu pada tanah air milikbangsa Aztec. namun nyatanya imperium Aztec terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda. penduduk Tenochtitlan, misalnya menyebut diri mereka Tenocha, Mexica, atau Mexicacolhua. Imperium tersebut juga berisi bangsa Acolhua dari texcoco, bangsa tepanec dari Azcapotcalzoo, bangsa Chalca, xochimilca, Tlahuica, dan bangsa-bangsa lainnya. Jadi namaAztec keliru dalam banyak hal. oleh karena itulah ketahui oleh sebagian besar orang, para ahli tetap menggunakannya.
Namun harus diingat bahwa nama Aztec adalah semacam jembatan keledai, dan namun itu sebenarnya mengacu pada bangsa-bangsa dari Imperium tersebut. Kekuasaan suku Aztecberpusat di Tenochtitlan (sekarang Mexico City) yaitu sebuah pulau yang berada di tengah-tengah danau tezoco. Kekuasaan Aztec meluas dari utara sampai ke teluk yang sekarang bernama teluk Mexico, kemudian dari timur sampai lerma, ke selatan sampai samudra pasifik dan ke barat sampai San Lorenzo.
Agama
Dan Kepercayaan Suku Aztec
Suku Aztec merupakan penganut Politheis
atau pemuja banyak dewa. Dewa-Dewa suku Aztecadalah Dewa
Tlatecuhtli yang merupakan dewa utama suku Aztec. Dewa
Huitzilopochtli (Dewa Perang), Dewa Hujan, Patung Coacticlue (Dewi Utama Suku Aztec), kemudian Elang dan Jaguar yang merupakan
hewan penting bagi suku Aztec dan mereka menganggap elang sebagai pemburu
terhebat di udara dan Jaguar pemburuh terhebat di darat.
Ilmu
Pengetahuan Suku Aztec
Suku Aztec memiliki sistem pendidikan dan
ilmu pengetahuan yang jauh lebih baik dari pada yang dimiliki oleh bangsa
Spanyol. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Kodeks Badianus yang ditulis
pada tahun 1552 oleh Martinus yang merupakan dokter bagi suku Aztec. Kodeks itu memuat resep tradisional untuk
pengobatan herbal. Suku Aztec juga
memiliki keterampilan dalam bidang merancang bangunan. Pengetahuan di bidang
teknim bangunan mereka membuat bangunan dengan menggunakan batu yang bernama
Tazontle, dengan berat yang sangat ringan, untuk mengurangi berat bangunan.
Tazontle digunakan sebagai bahan utama bangunan yang kemudian dilapisi dengan
batu yang keras seperti batu basal
Kesenian
Dan Olahraga Suku Aztec
Walaupun diketahui bahwa suku Aztec merupakan suku yang liar,
sebenarnya suku Aztecadalah orang-orang suku Aztec juga sangat artistik dalam membuat
tembikar dan patung, menciptakan gambar yang artistik. Mereka merancang seni
bagi para prajurit yang kemudian sering kali digunakan sebagai tatto untuk
menghormati prestasi militer mereka. Orang-orangAztec juga
mengenal namanya puisi cinta, memainkan olahraga, khususnya olahraga Ullamalizti
yang menggunakan bola karet yang dimainkan dilapangan.
Sistem
Ekonomi Suku Aztec
pada tahun 400 M, Teotihuacan
merupakan kota yang melingkupi 21 km2. Penemuan artefak batu-batu permata dan
logam mulia menunjukan bahwa kota itu merupakan pusat perdagangan. Sebuah
akuaduk memasok kota itu dengan air segar, sementara banyak perahu membawa
makanan dan barang-barang lainnya dari pantai ke pasar-pasar yang ramai, bahkan
bangsa Spanyol yang telah melihat kota-kota besar seperti Roma di Italia
mengakui bahwa mereka tak pernah menjumpai kota seperti Tenochtitlan. Golongan
khusus pedagang, disebut pochteca, berdagang dengan daerah yang bangsa Aztec sebut daratan panas. Mereka melakukan
perjalanan dengan karavan ke selatan sejauh ketempat yang kini Panama. Perjalanan
mereka bisa bertahun-tahun dengan para buruh angkut yang membawa barang muatan
48-65 km setiap hari. Para pedagang membawa pulang batu giok hijau, tempurung
kura-kura dan makhluk laut lain, kulit jaguar, serta bulu-bulu burung yang
berkilauan.
Sistem
Organisasi Masyarakat Dalam Suku Aztec
Suku Aztec merupakan suatu masyarakat
tertata yang sebagian besar warganya tinggal di kota-kota. Beberapa warga kota
bertugas sebagai pejabat pemerintahan, pendeta, atau prajurit. Para penguasa
berada di tingkat teratas dari masyarakat yang terbagi atas lapisan yang jelas.
Masyarakat yang paling utama antara lain prajurit, pemimpin agama, dan pejabat
yang menjalankan imperium. Mayoritas penduduk adalah masyarakat petani. Sesuai
dengan catatan bangsa Spanyol, masyarakat suku Aztec dibentuk
untuk menghasilkan prajurit. Mereka memuliakan peperangan dan memilih mati
dalam peperangan atau menjadi tawanan yang dikurbankan para dewa.
Sistem
Teknologi Suku Aztec
Para pekerja suku Aztec menggunakan peralatan yang telah digunakan
selama berabad-abad oleh para pembangun kota lainnya di Mesoamerika, seperti
kapak, palu, dan pahat yang terbuat dari obsidian, batu keras berwarna hitam.
Mereka membuat lubang dengan bor bermata kuarsa, batu yang cukup keras untuk
mengukis batu lainnya. Di utara kota, para pekerja memasukkan baja ke dalam
celah di permukaan batu. Mereka kemungkinan memindahkan bongkahan itu ke kota
dengan menggunakan penggelinding yang terbuat dari batang pohon atau dengan
penggeret yang mereka tarik dengan menggunakan tali. mereka juga membawanya
lewat sungai dengan menggunakan tongkong.
Sistem
Penggunaan Bahasa Suku Aztec
Bahasa suku Aztec adalah bahasa Nahutl. Saat ini, bahasa
Nahutl masih digunakan oleh 1,6 juta orang Meksiko. Suku Aztec tidak mempunyai sistem abjad atau
tulisan seperti yang kita ketahui. Mereka mengandalkan komunikasi lisan untuk
menyampaikan informasi dari generasi ke generasi. Mereka juga menciptakan
catatan yang dikenal sebagai Kodeks (naskah kuno yang berupa tulisan tangan).
Kodeks tersebut berupa lembaran kulit hewan rusa atau kayu yang dilipat seperti
buku. Kodeks tersebut berisi simbol-simbol yang digambar, disebut Gilf, yang
melambangkan hal-hal tertentu seperti tanggal atau nama tempat. Simbol-simbol
itu juga merepresentasikan mitos, legenda, dan dewa-dewa. Setelah bangsa
Spanyol menaklukkansuku Aztec pada tahun 1521,
mereka menghancurkan sebagian besar kodeks karena berhubungan dengan
kepercayaan suku Aztec yang ingin mereka
ganti dengan Agama Kristen.
Ritual
Khusus Suku Aztec
·
Saat melakukan ritual, pendeta suku Aztec mengecat
hitam tubuh mereka sebagai pengenal bahwa mereka adalah seorang pendeta.
·
Setiap kali orang Aztec menaklukkan
sebuah kota, mereka menambahkan semua dewa dari kota tersebut ke agama mereka.
Itu sebab, agama Aztec selalu mendapatkan
tambahan dewa baru.
·
Suku
Aztec menguburkan
anggota keluarga mereka di dalam rumah!
·
Ritual aneh suku Aztec termasuk mendandani
orang-orang khusus yang terpilih meniru dewa tertentu untuk kemudian dibunuh
sebagai korban bagi dewa tersebut.
·
Orang Aztec percaya bahwa para dewa
menginginkan pengorbanan sebagai imbalan atas bantuan yang akan diberikan. Jadi
skala pengorbanan tergantung pada bantuan dewa yang diperlukan.Untuk bantuan
yang penting tak jarang mereka memotong telinga, lidah, dan bahkan alat kelamin
mereka sendiri untuk dikorbankan.
·
Saat anak perempuan lahir, ia akan diberikan bingkisan pot, alat tenun, dan
batu pencuci, diiringi doa pendeta sebagai berikut, “Peranmu akan menjadi istri
dan ibu dari prajurit masa depan”. Orang yang membantu kelahirannya lantas
memanggil dewi Yoalticitl untuk memberkatinya.
·
Jika anak laki-laki lahir, ia akan diberikan busur, anak panah, dan perisai
dada, diiringi doa pendeta sebagai berikut, “Kau telah datang ke dunia ini
untuk memberikan matahari darah musuh-musuhnya untuk diminum, dan untuk memberi
makan tanah dengan tubuh mereka “.
·
Ritual pengorbanan manusia didasarkan pada kepercayaan bahwa para dewa akan
meninggalkan mereka jika tidak mendapatkan “air yang berharga”, yaitu darah.
·
Keyakinan ini diperdalam dengan kepercayaan bahwa tiga dewa utama Aztec yaitu Huitzilopochtli, Quetzalcoatl, dan
Tezcatlipoca- mengorbankan diri dan menawarkan jantung mereka kepada
matahari. Suku Aztec percaya bahwa jika
mereka tidak melakukan pengorbanan, matahari tidak akan terbit keesokan
harinya.
·
Perempuan diperbolehkan menjadi pendeta selama mereka tidak menikah.
·
Jika orang miskin berpakaian seperti orang kaya, ia akan dihukum dengan
rumahnya dibongkar. Jika ia bersalah lagi, maka hukumannya adalah dieksekusi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
Setiap orang
selalu mengharapkan keturunannya lebih baik daripada dirinya. Wajar sekali bila
mereka memupuk nilai-nilai luhur untuk ditanamkan dalam sanubari anak-anaknya.
Bekerja dan berkarya bukan sekedar memupuk harta benda atau memuaskan diri
mereguk berbagai kenikmatan dunia (semua yang dapat dirasakan oleh Panca
Indera!), melainkan menemukan kebenaran hidup dan aktualisasi diri (tanpa
didasari kesombongan).
Manusia
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Disisi manapun (sebagai
makhluk sosial atau individu), ada pengaruh positif dan negatifnya.
Sebagai
makhluk individu, apabila menganggap dirinya selalu benar, egosentris, mau
menang sendiri, tidak mau mengalah, kasar, tidak toleran, memandang masalah
hanya dari sudut pandangnya saja; maka dia termasuk dalam pengaruh NEGATIF
sebagai makhluk individu. Perlu diingat pula, Rasulullah Muhammad SAW,
membutuhkan waktu dan tempat untuk merenung --silence--, memikirkan segala
kenikmatan yang telah dikaruniai oleh Sang Pencipta, lalu mensyukurinya dan
akhirnya membebaskan dirinya dari belenggu kesombongan, serta mencapai
kesempurnaan dengan senantiasa memperbaiki diri dengan bertafakur.
Sebagai
makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan pengakuan dari kelompoknya,
katakanlah komunitasnya. Bisa komunitas yang berorientasi geografi (RT/RW,
daerah dll), profesi (dokter, guru dll), hobby (internet, HT, komputer dll),
wah masih banyak komunitas yang ada! Lihatlah perilaku orang pada saat
berkelompok. Sebagian besar akan berlaku tidak disiplin!
Kedisiplinan
adalah hal utama dalam pembentukan kelompok. Tanpa kedisiplinan, setiap
kelompok akan liar dan tak terkendali, bagaikan pertumbuhan sel-sel kanker.
Lihat bagaimana Jakarta porak-poranda di tahun 1997! Tidak mungkin kerusuhan
dapat terjadi tanpa provokasi. Dan saat itu, provokasi terjadi akibat rekayasa,
yang merusak nilai kemuliaan dan tatanan sosial masyarakat!
Kata kunci
dari keberhasilan sebagai makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang
DIGALANG BERSAMA secara DISIPLIN dan MAMPU MENAHAN DIRI, apabila terjadi
benturan terhadap kepentingan pribadi.
3.2 SARAN
Kata kunci
dari keberhasilan sebagai makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang
DIGALANG BERSAMA secara DISIPLIN dan MAMPU MENAHAN DIRI, apabila terjadi
benturan terhadap kepentingan pribadi.
Mari kita
pupuk perilaku positif pada anak-anak kita sedini mungkin. Dengan cara itu,
diharapkan mereka mampu menjalani hidup ini sebagai makhluk sosial dan individu
secara paripurna.